Kamis, 18 September 2014

Surat Lamaran Kerja yang Baik dan Benar

Semarang, 27 Agustus 2014
Kepada
Yth. PT.Bank BRI
Jl. Teuku Umar No.24            
Semarang                                                       
Hal : Lamaran Pekerjaan

Dengan hormat,
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama                                       Roviana Fanata Risqi
Tempat, Tanggal Lahir            Batang, 21 Desember 1992
Usia                                         : 22 tahun
Pendidikan Terakhir                : Sarjana Pendidikan 
: Pendidikan Fisika
Alamat                                    Jl. Yos Sudarso Gang durian no.16 rt.06 rw.o1 Kasepuhan Batang
Telepon                                   089668341000
Berdasarkan info kerja disnakertrans, saya bermaksud mengajukan lamaran kerja pada perusahaan yang Bapak/Ibu pimpin untuk menempati posisi sebagai Mantri. Dengan bekal kemampuan yang saya miliki diantaranya mampu mengoperasikan komputer, Microsoft Word, Exel dan lain-lain. Saya dapat bekerja keras, rajin dan jujur, dapat bekerja secara mandiri maupun tim.
Sebagai bahan pertimbangan, saya lampirkan beberapa berkas sebagai berikut:
1.      Foto Copy Ijazah
2.      Daftar Riwayat Hidup
3.      Foto Copy KTP
4.      Foto ukuran 4 x 6 = 2 lembar
Demikian surat permohonan pekerjaan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Besar harapan saya untuk dapat diterima di perusahaan yang Bapak / Ibu pimpin. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Semarang, 27 Agustus 2014
Hormat Saya,



                                                                                                            Roviana Fanata Risqi

LEGENDA RAWAPENING


Dahulu kala, warga desa Ngebel terkejut melihat seekor ular yang sangat besar. Karena takut ular itu akan menyerang mereka,warga desa beramai-ramai menangkap ular yang bernama Baru Klinting itu. Setelah tertangkap ular itu dibunuh dan dagingnya disantap dalam sebuah pesta. Hanya satu warga desa yang tidak mereka ajak menikmati pesta itu, yaitu seorang nenek tua miskin bernama Nyai Latung.
Beberapa hari kemudian muncul seorang anak laki-laki berumur sekitar sepuluh tahun. Ia tampak kumal dan tidak terawat, bahkan kulitnya pun ditumbuhi penyakit. Anak itu mendatangi setiap rumah dan meminta makanan kepada warga desa. Namun tak seorangpun memberinya makanan atau air minum. Mereka malah mengusirnya dan mencacimakinya. Akhirnya ia tiba di rumah yang terakhir, rumah Nyai Latung. Di depan rumah reot itu Nyai Latung sedang menumbuk padi dengan lesung.
“Nenek,” kata anak itu, “Saya haus. Boleh minta air, nek?” Nenek Latung mengambil segelas air yang diminum anak itu dengan lahap. Nyai Latung memandangi anak itu dengan iba.“Mau air lagi? Kau mau makan? Tapi nenek Cuma punya nasi, tidak ada lauk.” “Mau, nek. Nasi saja sudah cukup. Saya lapar,” sahut anak itu. Nenek segera mengambilkan nasi dan sisa sayur yang ada. Ia juga mengambilkan air lagi untuk anak itu, Anak itu makan dengan lahap, hingga tidak sebutir nasipun tersisa.“Siapa namamu, nak? Dimana ayah ibumu?” “Namaku Baru Klinting. Ayah dan ibu sudah tiada.” “Kau tinggal saja di sini menemani nenek,” “Terima kasih, nek. Tapi saya pergi saja. Orang-orang disini jahat, nek. Hanya nenek saja yang baik hati kepadaku.”
Baru Klinting kemudian bercerita tentang warga desa yang tidak ramah kepadanya. Kemudian, ia pun pamit. Sebelum pergi, ia berpesan kepada Nyai Latung.“Nek, nanti jika nenek mendengar suara kentongan, nenek naiklah keatas lesung. Nenek akan selamat.”Meskipun tidak mengerti maksud Baru Klinting, Nyai Latung mengiyakan saja.
Baru Klinting masuk ke desa lagi. Ia mendatangi anak-anak yang sedang bermain. Ia mengambil sebatang lidi lalu menancapkannya ditanah. Lalu ia memanggil anak-anak.“Ayo… siapa yang bias mencabut lidi ini?”Anak-anak mengejek Baru Klinting namun ketika satu per satu mereka mencoba mencabut lidi, tak ada yang berhasil. Mereka pun memanggil anak-anak yang lebih besar. Semua mencoba, semua gagal. Orang-orang dewasa pun berkumpul dan mencoba mencabut lidi. Tetap tidak ada yang berhasil.
Akhirnya Baru Klinting sendiri yang mencabut sendiri lidi itu. Dari lubang ditanah bekas menancapnya lidi memancar air yang makin lama makin banyak dan makin deras. Orang-orang berlarian kalang kabut, Salah seorang membunyikan kentongan sebagai tanda bahaya. Namun air cepat menjadi banjir dan menenggelamkan seluruh desa. Nyai Latung mendengar bunyi kentongan dikejauhan, Ia teringat pesan Baru Klinting dan segera naik ke atas lesung. Baru ia duduk di dalam lesung, air sudah datang dan makin tinggi. Lesung itu terapung-apung. Nyai Latung melihat para tetangganya sudah mati tenggelam. Setelah beberapa lama, air berhenti naik dan perlahan-lahan mulai surut. Lesung Nyai Latung terbawa menepi sehingga ia dapat naik ke darat. Hanya ia yang selamat dari banjir. Warga desa yang lain semuanya tewas. Air tidak seluruhnya kering kembali namun meninggalkan genangan luas berbentuk danau yang sekarang disebut Rawa Pening.

Rawa Pening terletak di daerah Ambarawa. Rawa Pening luasnya 2670 hektare. Sekarang digunakan untuk pengairan dan budidaya ikan selain juga menjadi tempat wisata. Enceng gondok yang memenuhi permukaannya digunakan untuk bahan kerajinan dan keperluan lain. Sedangkan air sungai Tuntang yang berhulu di danau itu digunakan untuk pembangkit listrik. Namun sekarang Rawa Pening mengalami pendangkalan dan dikhawatirkan lambat laun akan lenyap bila tetap dibiarkan seperti saat ini.

Legenda Candi Prambanan


Alkisah, pada dahulu kala terdapat sebuah kerajaan besar yang bernama Prambanan. Rakyatnya hidup tenteran dan damai. Tetapi, apa yang terjadi kemudian? Kerajaan Prambanan diserang dan dijajah oleh negeri Pengging. Ketentraman Kerajaan Prambanan menjadi terusik. Para tentara tidak mampu menghadapi serangan pasukan Pengging. Akhirnya, kerajaan Prambanan dikuasai oleh Pengging, dan dipimpin oleh Bandung Bondowoso.
Bandung Bondowoso seorang yang suka memerintah dengan kejam. “Siapapun yang tidak menuruti perintahku, akan dijatuhi hukuman berat!”, ujar Bandung Bondowoso pada rakyatnya. Bandung Bondowoso adalah seorang yang sakti dan mempunyai pasukan jin. Tidak berapa lama berkuasa, Bandung Bondowoso suka mengamati gerak-gerik Loro Jonggrang, putri Raja Prambanan yang cantik jelita. “Cantik nian putri itu. Aku ingin dia menjadi permaisuriku,” pikir Bandung Bondowoso.
Esok harinya, Bondowoso mendekati Loro Jonggrang. “Kamu cantik sekali, maukah kau menjadi permaisuriku ?”, Tanya Bandung Bondowoso kepada Loro Jonggrang. Loro Jonggrang tersentak, mendengar pertanyaan Bondowoso. “Laki-laki ini lancang sekali, belum kenal denganku langsung menginginkanku menjadi permaisurinya”, ujar Loro Jongrang dalam hati. “Apa yang harus aku lakukan ?”. Loro Jonggrang menjadi kebingungan. Pikirannya berputar-putar. Jika ia menolak, maka Bandung Bondowoso akan marah besar dan membahayakan keluarganya serta rakyat Prambanan. Untuk mengiyakannya pun tidak mungkin, karena Loro Jonggrang memang tidak suka dengan Bandung Bondowoso.
“Bagaimana, Loro Jonggrang ?” desak Bondowoso. Akhirnya Loro Jonggrang mendapatkan ide. “Saya bersedia menjadi istri Tuan, tetapi ada syaratnya,” Katanya. “Apa syaratnya? Ingin harta yang berlimpah? Atau Istana yang megah?”. “Bukan itu, tuanku, kata Loro Jonggrang. Saya minta dibuatkan candi, jumlahnya harus seribu buah. “Seribu buah?” teriak Bondowoso. “Ya, dan candi itu harus selesai dalam waktu semalam.” Bandung Bondowoso menatap Loro Jonggrang, bibirnya bergetar menahan amarah. Sejak saat itu Bandung Bondowoso berpikir bagaimana caranya membuat 1000 candi. Akhirnya ia bertanya kepada penasehatnya. “Saya percaya tuanku bias membuat candi tersebut dengan bantuan Jin!”, kata penasehat. “Ya, benar juga usulmu, siapkan peralatan yang kubutuhkan!”
Setelah perlengkapan di siapkan. Bandung Bondowoso berdiri di depan altar batu. Kedua lengannya dibentangkan lebar-lebar. “Pasukan jin, Bantulah aku!” teriaknya dengan suara menggelegar. Tak lama kemudian, langit menjadi gelap. Angin menderu-deru. Sesaat kemudian, pasukan jin sudah mengerumuni Bandung Bondowoso. “Apa yang harus kami lakukan Tuan ?”, tanya pemimpin jin. “Bantu aku membangun seribu candi,” pinta Bandung Bondowoso. Para jin segera bergerak ke sana kemari, melaksanakan tugas masing-masing. Dalam waktu singkat bangunan candi sudah tersusun hampir mencapai seribu buah.
Sementara itu, diam-diam Loro Jonggrang mengamati dari kejauhan. Ia cemas, mengetahui Bondowoso dibantu oleh pasukan jin. “Wah, bagaimana ini?”, ujar Loro Jonggrang dalam hati. Ia mencari akal. Para dayang kerajaan disuruhnya berkumpul dan ditugaskan mengumpulkan jerami. “Cepat bakar semua jerami itu!” perintah Loro Jonggrang. Sebagian dayang lainnya disuruhnya menumbuk lesung. Dung… dung…dung! Semburat warna merah memancar ke langit dengan diiringi suara hiruk pikuk, sehingga mirip seperti fajar yang menyingsing.
Pasukan jin mengira fajar sudah menyingsing. “Wah, matahari akan terbit!” seru jin. “Kita harus segera pergi sebelum tubuh kita dihanguskan matahari,” sambung jin yang lain. Para jin tersebut berhamburan pergi meninggalkan tempat itu. Bandung Bondowoso sempat heran melihat kepanikan pasukan jin.

Paginya, Bandung Bondowoso mengajak Loro Jonggrang ke tempat candi. “Candi yang kau minta sudah berdiri!”. Loro Jonggrang segera menghitung jumlah candi itu. Ternyata jumlahnya hanya 999 buah!. “Jumlahnya kurang satu!” seru Loro Jonggrang. “Berarti tuan telah gagal memenuhi syarat yang saya ajukan”. Bandung Bondowoso terkejut mengetahui kekurangan itu. Ia menjadi sangat murka. “Tidak mungkin…”, kata Bondowoso sambil menatap tajam pada Loro Jonggrang. “Kalau begitu kau saja yang melengkapinya!” katanya sambil mengarahkan jarinya pada Loro Jonggrang. Ajaib! Loro Jonggrang langsung berubah menjadi patung batu. Sampai saat ini candi-candi tersebut masih ada dan disebut Candi Loro Jonggrang. Karena terletak di wilayah Prambanan, Jawa Tengah, Candi Loro Jonggrang dikenal sebagai Candi Prambanan

Mareokoco Semarang Taman Mini Jawa Tengah

Taman Puri Mareokoco Semarang / Taman Mini Jawa Tengah terletak pada sisi sebelah barat tugu garuda pantai marina semarang atau lebih dikenal berada di kawasan PRPP (Pusat Rekreasi dan Promosi Pembangunan), 

PEDOMAN PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTORIK



No
Aspek yang dinilai
Kriteria
Nilai
1
Kerjasama dalam berdiskusi
Siswa mampu bekerjasama dengan semua anggota kelompok dan mampu menyelesaikan masalah
5
Siswa hanya mampu bekerjasama dengan beberapa anggota kelompok dan mampu menyelesaikan masalah
4
Siswa hanya bekerjasama dengan salah satu anggota kelompok dan mampu menyelesaikan masalah
3
Siswa tidak mampu bekerjasama dengan anggota kelompok dan hanya menyelesaikan masalah sendiri.
2
Siswa hanya diam dan tidak ikut menyelesaikan masalah
1
2
Tanggung jawab atas hasil diskusi
Siswa mampu mempertanggung jawabkan atas hasil diskusi yang diprsentasikan didepan kelas
5
Siswa dapat mempertanggung jawabkan atas hasil diskusi yang dipersentasikan didepan kelas
4
Siswa kurang bisa mempertanggung jawabkan atas hasil diskusi yang dipersentasikan didepan kelas
3
Siswa tidak mampu mempertanggung jawabkan atas hasil diskusi yang dipersentasikan didepan kelas
2
Siswa tidak mau untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas
1
3
Mengemukakan pendapat
Siswa berani mengemukakan pendapat dengan baik dan benar
5
Siswa berani mengemukakan pendapat dengan tepat namun bahasanya kurang dapat dipahami
4
Siswa berani mengemukakan pendapat dengan bahasa yang dipahami tapi pendapatnya kurang tepat
3
Siswa berusaha mengemukakan pendapat tapi dalam penyampaiannya tidak mudah dipahami
2
Siswa hanya diam dan tidak mengemukakan pendapat
1
4
Menghargai pendapat orang lain
Siswa mampu menghargai pendapat orang lain dengan mendengarkan, tidak memotong pembicaraan dan tidak menjatuhkan pendapat orang.
5
Siswa mampu menghargai pendapat orang lain dengan mendengarkan dan tidak menjatuhkan pendapat orang lain
4
Siswa hanya mampu menghargai pendapat dengan mendengarkan dan tidak memotong pendapat orang
3
Siswa hanya mampu menghargai pendapat orang lain dengan mendengarkan pendapat saja.
2
Siswa tidak mampu menghargai pendapat orang lain.
1
5
Kemampuan menarik kesimpulan
Siswa mampu menyimpulkan materi yang diberikan secara tepat dan benar dengan bahasa yang mudah dipahami
5


Siswa mampu menyimpulkan materi dengan benar namun bahasanya kurang dapat dipahami
4
Siswa mampu menyimpulkan materi yang diberikan dengan didampingi oleh guru
3
Siswa kurang mampu menyimpulkan materi yang diberikan oleh guru
2
Siswa tidak dapat menyimpulkan materi yang diberikan oleh guru
1

Kriteria Penskoran
Skor Maksimal: 30
1). Ketuntasan Individu dihitung dengan rumus :
            Persentase (%) = jumlah skor yg diperoleh/skor maksimal x 100%
Kriteria presentase skor siswa
No
Rentang skor
Kategori
1
84% - 100 %
Sangat baik
2
67% - 83%
Baik
3
50% - 66%
Cukup
4
33% - 49%
Kurang
5
20% - 32%
Sangat kurang

2). Ketuntasan klasikal dihitung dengan rumus :
Ketuntasan belajar klasikal = jumlah siswa yang tuntas belajar/jumlah siswa x 100%

3)   Nilai rata-rata  dihitung dengan rumus:
                   Nilai rata-rata = Jumlah semua nilai / banyaknya siswa
        


PEDOMAN PENILAIAN ASPEK AFEKTIF

PEDOMAN PENILAIAN ASPEK AFEKTIF
No
Aspek yang diamati
Kriteria
Skor

1.
Kehadiran
di kelas
Selalu masuk dan tidak pernah terlambat
5
Selalu masuk tapi pernah terlambat
4
Kadang tidak masuk dan pernah terlambat
3
Kadang tidak masuk dan sering terlambat
2
Tidak masuk sekolah
1
2.
Perhatian mengikuti pelajaran
Penuh perhatian dan sering menyampaikan pendapat/ berdiskusi dengan teman
5
Penuh perhatian tetapi jarang menyampaikan pendapat/ berdiskusi dengan teman
4
Kurang perhatian tetapi pernah menyampaikan pendapat/ berdiskusi dengan teman
3
Kurang perhatian tetapi tidak pernah menyampaikan pendapat/ berdiskusi dengan teman
2
Tidak perhatian tetapi tidak pernah menyampaikan pendapat/ berdiskusi dengan teman
1
3.
Kejujuran dalam mengerjakan soal evaluasi
Siswa mengerjakan soal secara mandiri, tidak mencontek teman dan tidak mencontek buku catatan
5
Siswa mengerjakan soal dengan bekerjasama dengan teman sebangku
4
Siswa mencontoh jawaban temannya
3
Siswa mengerjakan soal dengan melihat buku catatan
2
Siswa mengerjakan soal dengan gaduh, mencontek temannya dan terbukti melihat buku catatan
1
4.
Keaktifan bertanya
Selalu bertanya kepada guru/teman
5
Sering bertanya kepada guru/teman
4
Kadang bertanya kepada guru/teman
3
Pernah bertanya kepada guru/teman
2
Tidak pernah bertanya kepada guru/teman
1
5.
Menyawab pertanyaan
Selalu menjawab pertanyaan dari guru/teman
5
Sering menjawab pertanyaan dari guru/teman
4
Kadang menjawab pertanyaan dari guru/teman
3
Pernah menjawab pertanyaan dari guru/teman
2
Tidak pernah menjawab pertanyaan dari guru/teman
1
6.
Kedisiplinan mengerjakan tugas
Selalu mengerjakan dan mengumpulkan tugas yang diberikan dengan benar dan tepat pada waktunya.
5
Mengerjakan dan mengumpulkan tugas tepat waktu tetapi masih ada kekeliruan
4
Mengerjakan dan mengumpulkan tugas dengan benar tapi tidak tepat waktu
3
Mengerjakan dan mengumpulkan tugas tidak tepat pada waktunya dan masih ada kesalahan
2
Tidak mengerjakan dan mengumpulkan tugas
1

Kriteria Penskoran
1). Skor Maksimal: 30
2). Ketuntasan Individu dihitung dengan rumus :
          Presentase (%) = jumlah skor yang diperoleh/skor maksimal x 100%
Kriteria presentase skor siswa
No
Rentang skor
Keterangan
Katagori
1
84% - 100 %
Sangat tinggi
A
2
67% - 83%
Tinggi
B
3
50% - 66%
Sedang
C
4
33% - 49%
Rendah
D
5
20% - 32%
Sangat rendah
E

3). Ketuntasan klasikal dihitung dengan rumus :
          Presentase = jumlah skor yang diperoleh tiap aspek/skor maksimal tiap aspek
Kriteria rata-rata nilai tiap aspek:
No
Rentang skor
Keterangan
Katagori
1
       3,4 -  4
Sangat tinggi
A
2
2,8 - 3,4
Tinggi
B
3
2,2 - 2,8
Sedang
C
4
1,6 - 2,2
Rendah
D
5
1 - 2.2
Sangat rendah
E


Aktivitas siswa dikatakan baik jika keaktifan siswa mencapai kriteria baik.